Thursday, June 14, 2012

Bagian 1 - Salahkah?



"Arghh..!", kembali Risha dikagetkan oleh amarah suaminya. Entah apa yang membuat Dafa sangat kesal hingga semua yang dikatakan istrinya menjadi salah. Memang Risha lah tempat Dafa meluapkan emosinya. Meskipun terkadang kesal, namun Risha mencoba menikmatinya."Semoga dengan begini, aku akan selalu menjadi satu-satunya wanita yang dia rindukan dan cari disaat susahnya.", doanya.

"Ada apa sayang?" tanya Risha lembut seraya memberikan susu coklat hangat yang selalu disiapkan saat suaminya pulang ke rumah. "Hhh.. manager ini tuh bla bla bla...", Dafa bercerita panjang lebar tentang kerumitan yang sedang terjadi di tempat kerjanya. Sangat panjang hingga emosinya kembali normal perlahan. Risha setia duduk disampingnya untuk mendengarkan dan sesekali memberikan semangat dan pelukan. Ia sangat menyukai saat suaminya bercerita tentang banyak hal tanpa harus ditanya. "Percakapan yang menghangatkan.", fikir Risha.

Malam itupun mereka menghabiskan malam dengan bermain bersama. Dafa mengajarkan Kimi banyak hal dan Kimi sangat menikmati waktu yang dihabiskan dengan ayahnya. Tawa riang dan kepatuhan terhadap apa yang dikatakan ayahnya, sangat menunjukkan betapa rindunya dia dengan ayahnya. "Seharian itu waktu yang lama ya nak.", gumam Risha sambil tersenyum melihat keduanya. Risha sangat menyukai saat-saat seperti ini. Saat dimana Dafa selalu mencoba memberikan waktu untuk si kecil, dalam lelahnya hari sekalipun.

Kimi ingin tidur dengan ayahnya. Namun Dafa tau bahwa Kimi harus belajar tidur di kamarnya sendiri. Maka Dafa mengantarkan Kimi ke kamarnya dan menemaninya hingga tertidur. Saat Dafa kembali ke kamar, ia mendapati istrinya sedang memegang telepon genggamnya dengan raut muka yang tidak enak. "Kenapa?", tanya Dafa.

"Tadinya aku mau ngirim foto.. tapi aku ngeliat ini. Ini apa?", Risha bertanya sambil menunjukkan gambar di telepon genggam Dafa. Matanya yang berkaca menunjukkan betapa dia menahan tangisnya untuk mendengar penjelasan.

"Dia ..", jawab Dafa.

"Dia siapa?", potong Risha. Ia mencoba dengan sangat untuk menahan emosinya.  

"Dia bukan siapa-siapa. Itu foto lama."

"Lalu ini apa?", tanya Risha sekali lagi sambil menunjukkan pesan-pesan yang ada di telepon genggam Dafa. Tangisnya pecah. Dia tau suaminya sudah melakukan hal yang tidak seharusnya. 

Dafa kemudian memeluknya, Hatinya sakit. Pelukan Dafa tidak dapat mengembalikan semuanya. 

"Maaf ..", ujar Dafa. Ia terlihat sangat menyesal.

"Kata maaf tidak dapat menyatukan hati yang hancur! Kata maaf tidak dapat membuatku melupakan semuanya!", teriak Risha dalam hati. Tangisnya semakin pecah. "Untuk apa?", tanya Risha terbata, "Apa yang kamu fikirkan saat itu?". Risha berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya, namun Dafa memeluknya semakin erat, dan tangisnya semakin tak terbendung. "Apa salahku mas? Kenapa kamu tega?", tanya Risha sambil terisak. Dafa menjelaskan banyak hal. Mencoba memperbaiki semuanya. Namun terlalu banyak yang Risha rasakan saat ini. Bukan baru kemarin Ia mengenal Dafa. Bukan baru kemarin juga Ia mengerti Dafa. Perdebatan mereka berlanjut hingga akhirnya Risha tertidur dengan tangisnya. 

--
Pagi ini, seperti biasa Risha menyiapkan sarapan lalu membangunkan suaminya. Tak banyak berkata, Risha lalu pergi ke kamar Kimi, hanya sekedar untuk melihat wajah tidurnya. Tenang. Menenangkan. Betapa dia mencintai buah hatinya. Bagaimanapun yang terjadi, tetap Kimi yang kini menjadi prioritasnya. Kimi terbangun. Sedikit menggeliat, dia menyadari ada ibunya sedang memperhatikannya. Wajah lugunya menggemaskan.

"Bun, Mi au iis.", ucapnya. Risha tersenyum dan memegang tangan Kimi yang berjalan dengan terburu-buru menuju kamar mandi. Setelah selesai, Kimi berlari ke ayahnya yang sedang bersiap untuk pergi ke kantor,"Yah, anti ita main agi yahh.." ucapnya semangat. "Bun, makann.." lalu ia berlari ke meja makan. 

Tak lama setelah itu, Dafa masuk ke ruang makan. Tapi tak biasanya dia masih belum mengenakan baju kerjanya. "Ayah nggak ke kantor?", tanya Risha heran.

"Hari ini ayah mau izin biar bisa jalan-jalan sama Kimi dan bunda.", jawab Dafa.

"Holeee!", teriak Kimi. Risha hanya tersenyum. Banyak hal berkecamuk dalam benaknya.

Keluarga ini adalah mimpinya. Keluarga ini adalah hartanya. Tempat dimana dia akan kembali. Tempat dimana ia harapkan suaminya dan anak-anaknya kelak akan kembali. Namun ia tak menyangka hal seperti itu harus terjadi. Dalam pedihnya Risha menulis dua buah surat yang dia simpan dalam hatinya. Surat yang ia tujukan untuk hatinya dan suaminya.

--
Teruntuk hatiku,
Maafkan aku telah membiarkanmu merasakan pedih dan sakit yang mendalam. 
Memaksamu untuk kuat ketika kau hancur berantakan. 
Terima kasih telah bertahan disaat aku lemah,
membantuku menyembunyikan tangis dengan senyuman. 

--
Suamiku sayang,
Salahkah bila aku memintamu untuk menjadikanku satu-satunya? Menjadi satu-satunya yang kau rindukan, kau sayang, kau cari, bahkan kau bayangkan. Tidak cukupkah perhatian yang ku berikan? Sehingga kau masih mencari perhatian di luar sana. Tak tahukah kau aku telah lakukan segala untuk menjaga rasa? Tidak cukupkah hanya aku seorang, sayang? 

---